Meraung datang bersama hujan sore hari yg jatuh dari pemikiran wanita, ia mengumpat dan menyendiri dibalik pintu, namun sesekali terlihat raut wajahnya yang datar dengan tatapan kosong yang entah bera memandang apa. Namun dari semua yang terlihat dapat mengartikan bahwa kesedihan sedang menyelimutinya.
Sedikit akan kuberitahu yaaa, bahwa aku hamba yang mencintai Tuhan dan sangat sangat percaya bahwa manusia pertama dibumi ini adalah adam dan hawa, lalu selalu mendangar janji Tuhan pada hambanya, taat pada perintahnya dan menjauhi segala laranganya.
Hampir setengah dekade aku bersabar, merajuk pada Tuhan bahwa sekiranya cinta manusia ini mampu disatukan. Dengan racikan tangannya dari surga yang akan mampu mengubah tawar menjadi asin, memberi cahaya pada yang gelap, dan menghidupkan kembali yang mati, mungkin tuhan juga berbaik hati merestui keingan hambanya dan megupayahkan terkabulnya doa. Usai setelah ibadah kujalankan, mulai doa kupnjatkan dan aku menyadari kembali pada kenyataan, sepertinya tuhan sedang mengesampingkan doaku? Atau apa mungkin doaku masih dalam antriannya?
Seperti matahari yang jatuh pada garis cakrawala sebelah barat waktunya untuk menghilang, dan kupu-kupu yang mulai terbang setelah masa hibernasinya menjadi kempompong. semua sudah terjadwal dengan waktunya masing-masing, begitu juga kita? Dengan waktu yang terus berjalan, dimanakan jadwal kita untuk memperjelas hubungan ini?
Aku paham bahwa air dalam cangkir itu tidak boleh penuh, karena akan tumpah dan membasahi celemek diluar tempat dimana cangkir itu berada. dan aku juga sangat paham bahwa makanan yang di makan bocah usia 1 tahun tidak sama dengan orang dewasa usia 20 tahun. dan lagi aku mengerti nelayan harus kembali pulang ketika kapal sudah terisi ikan penuh. Dalam hal ini, segalanya sudah dapat porsinya masing-masing bukan? Lantas dengan rasa yang ada dihati ini, apa ke ketamakanku melebihi porsi yang sudah ada?? Apa tuhan yang aku cintai tidak memberikan izin kepada tuhan yang kau cintai? Mari duduk dan berucap doa yang sama, agar Tuhan kita yang berbeda mendengarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar