Sabtu, 14 November 2020

Sila ke-5 PANCASILA

Kenapa rahim itu memilihku? Sedangkan ketika terlahir, cinta tak pernah berjalan dengan kesengsaraaan dalam hidupku. Roda-roda sepeda itu berputar cepat saat diayunkan, bergesakan dengan aspal yang terpapar matahari. Bau keringat dari badan seorang bocah kurus tinggi dan berkulit sawo matang itu memaksa masuk indera penciumanku. Ia menepikan sepedanya dipinggir halte dan mulai berjalan dengan napas beradu pacu tak sejalan akibat kelelahan, dengan badannya yang kecil memiliki tujuan kursi halte kosong disampingku, namun tiba-tiba ia kehilangan perhatian dan memalingkan pandangannya kemudian mengubah rute perjalanan dengan tujuan kepada penujual tua yang menjajakan minuman disebrang jalan. Aku memperhatikannya, sederet gigih putihnya menampilkan wajah ramah kepada penjual tua yang menjajakan dagangannya. Harga 4rb untuk satu botol air mineral, ia membayarnya dengan lebih dan terbalaskan senyum riang si penjual tua itu.

Tenggorokannya bergoyang saat meneguk air minum yang dibelinya. Sesekali dia menghentikan minumnya dan menghela napas lalu terpaku pada sepedanya yang ia taikik tadi.

"Masih kecil?", gumanku

Dari perawakannya kudapati selisi 8 9 tahun dari usiaku yang saat ini 21 tahun. Kupandangi wajahnya, penampilan dan tingkah lakunya.

Sesekali memberi pertanya kepada otakkum "mengapa bocah sekecil ini sangat lemas?"


Ia menoleh kepadaku
"Minum teh"

""HA?" Ohh, iya makasih" aku dikagetkan dengan tawaran air minumnya kepadaku

"Sok di minum teh"

"Iya makasih"


Bisa-bisanya aku mengamatinya secara detail padahal untuk menatap dan meperhatikan orang asing secara berlebihan saja aturan tidak sopan sudah ditanamkan dari kecil. Tapi ia melempar beberapa senyuman, dengan tangannya yg kecil ia menawarkan minuman padaku? Membuatku lega kalau ternyata dia cukup ramah meski mungkin sedikit terusik akibat tingkahku.

Aku mulai mmeberanikan diri menanyakannya

"Dari mana de?"

"Kerja teh,"

Loh? Kerja diperawakan tubuh sekecil ini
"Ga sekolah de?"

"Sekolah tadi pagi, tapi udh pulang"

"Ha? Masih sekolah udh kerja, emg kelas berapa kamu"

"Baru masuk semseter awal kelas 6 sd teh"


Aku tersentak. Mana bisa bocah sekecil itu bekerja? disaat waktunya mereka menghabiskan permainan dengan teman sebaya dan mmepelajari banyak hal dalam buku pelajarannya, namun memilih bekerja?
Apa alasan bocah sekecil ini bekerja? 
Berbagai macam pertanyaan berebut masuk dalam otakku, seperti bom yang akan meledak begitulah rasa penasaranku yang tak terbendung.
Aku meberanikan diri untuk menanyakan alasannya bekerja, melepaskan dektaktor dalam bom pensaran ku.

"Kenapa kerja"

"Buat jajan teh"

"Orang tua?"

"Tinggal mamah, tapi mamah lagi sakit"

Oh kalo ayah?"

Ayah udh pergi ke garut dari aku kelas 2 sd teh"

Bocah laki-laki dengan usia semuda ini. haru memikul beban seperti orang-orang dewasa. Tragis.

"Udahan yah teh mau lanjut jalan lagi"

"Oh iya mari mari, hati-hati ya de"

"Iya teh" terlempar senyum tulus itu kepadaku


Gada manusia yang ingin dilahirkan tanpa cinta. Untuk beberapa orang dengan sedikit cinta atau tanpa cinta hidup bagaikan ketiadakadilan, asam pedas makanan harus dimasukan dalam mulut, sekalipin makanan itu beracun harus tetap dimakan.
Sebab hanya dua pilihan! mati akibat memakan racun, atau mati akibat kelaparan.

Keadilan suatu hal yang bulshit, mengklon ketamakan seseorang agar manusaia berbaik hati tinggal dibumi. Keadilan tidak pernah berpihak pada manusia sejatinya, sekalipun negara menjunjung tinggi sila ke- 5 dalam pancasila sebagai idelogi bangsa ini, 

bahwa "keadilan sosial bagi seluruh rakyat indoensia"

Akan selalu ada rakyat yang tidak menerima keadilan, mungkin pasien bpjs kelas 3 yang butuh pengobatan dengan kaum elite transaksi dolar selalu terjadi ketiadakdilan. Anak cerdas yang harusnya mendapatkan fasilitas belajar yang akan terus memgembakan otaknya harus terlempar pada kenyataan bahwa anak dengan otak pas-pasan dan selalu di ruang tutor berlajar dengan AC yang nyaman. 
Meski pemerintah mati2an menciptakan keadilan untuk rakyat. Namin puluhan tahun keadilan tidak pernah hadir
Bukankah keadilan sejatinya hanya milik tuhan? Para manusia hanya akan terus berfikir dan kemudian bersikap adil tanpa pernah memiliki sifat murni keadilan.


Kamis, 12 November 2020

Kudoakan

Meraung datang bersama hujan sore hari yg jatuh dari pemikiran wanita, ia mengumpat dan menyendiri dibalik pintu, namun sesekali terlihat raut wajahnya yang datar dengan tatapan kosong yang entah bera memandang apa. Namun dari semua yang terlihat dapat mengartikan bahwa kesedihan sedang menyelimutinya. 

Sedikit akan kuberitahu yaaa, bahwa aku hamba yang mencintai Tuhan dan sangat sangat percaya bahwa manusia pertama dibumi ini adalah adam dan hawa, lalu selalu mendangar janji Tuhan pada hambanya, taat pada perintahnya dan menjauhi segala laranganya.

Hampir setengah dekade aku bersabar, merajuk pada Tuhan bahwa sekiranya cinta manusia ini mampu disatukan. Dengan racikan tangannya dari surga yang akan mampu mengubah tawar menjadi asin, memberi cahaya pada yang gelap, dan menghidupkan kembali yang mati, mungkin tuhan juga berbaik hati merestui keingan hambanya dan megupayahkan terkabulnya doa. Usai setelah ibadah kujalankan, mulai doa kupnjatkan dan aku menyadari kembali pada kenyataan, sepertinya tuhan sedang mengesampingkan doaku? Atau apa mungkin doaku masih dalam antriannya? 

Seperti matahari yang jatuh pada garis cakrawala sebelah barat waktunya untuk menghilang, dan kupu-kupu yang mulai terbang setelah masa hibernasinya menjadi kempompong. semua sudah terjadwal dengan waktunya masing-masing, begitu juga kita? Dengan waktu yang terus berjalan, dimanakan jadwal kita untuk memperjelas hubungan ini?

Aku paham bahwa air dalam cangkir itu tidak boleh penuh, karena akan tumpah dan membasahi celemek diluar tempat dimana cangkir itu berada. dan aku juga sangat paham bahwa makanan yang di makan bocah usia 1 tahun tidak sama dengan orang dewasa usia 20 tahun. dan lagi aku mengerti nelayan harus kembali pulang ketika kapal sudah terisi ikan penuh. Dalam hal ini, segalanya sudah dapat porsinya masing-masing bukan? Lantas dengan rasa yang ada dihati ini, apa ke ketamakanku melebihi porsi yang sudah ada?? Apa tuhan yang aku cintai tidak memberikan izin kepada tuhan yang kau cintai? Mari duduk dan berucap doa yang sama, agar Tuhan kita yang berbeda mendengarnya.

Sampah

Hushh husshhhh ...,  hembusan angin bumi bertemu kulit tipis yang membuat bulu kuduk berdiri, cahaya sekitar mulai hilang, gelap gulita dite...